Senin, 24 Januari 2011

Cabai Impor Menyerbu Pasar


Jakarta, Kompas - Sudah dua pekan terakhir cabai rawit merah impor dari China dan Thailand menyerbu pasar Jakarta dan sekitarnya. Para pedagang mencampur rawit impor yang harganya lebih murah dengan rawit lokal untuk menekan harga cabai yang di pasar Depok mencapai Rp 120.000 per kilogram.

Rum (50), Nuryanto (28), Rudy (29), dan Totok (25), pedagang yang ditemui di Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur, Senin (24/1), mengatakan, serbuan rawit impor ke pasar induk sudah berlangsung sejak dua pekan lalu.

Menurut mereka, harga rawit merah Thailand berukuran kecil Rp 55.000 per kg, sedangkan yang lebih besar Rp 40.000-Rp 45.000 per kg. Para pedagang cabai yang membeli rawit dari para pedagang besar di pasar induk mencampur rawit Thailand dengan rawit merah lokal yang harganya masih Rp 90.000 per kg. Dengan demikian, harga jual rawit merah oplosan di tingkat konsumen bisa ditekan.

Rudy dan Rum mengatakan, konsumen paling menggemari rawit merah lokal. Mereka lebih baik tidak makan rawit kalau rawitnya dari jenis lain, seperti rawit hijau dan rawit putih. Itu sebabnya, sejak harga rawit merah melambung, pasar rawit dari semua jenis melemah.

Untuk membangkitkan pasar rawit, para pedagang menengah dan pengecer kemudian mencampur rawit merah lokal dengan rawit merah Thailand yang berukuran kecil.

”Itu sebabnya, rawit caplak (rawit merah Thailand) yang kecil lebih mahal harganya daripada rawit caplak yang besar. Rawit caplak yang besar tidak bisa disamar dalam rawit merah campuran, sedangkan rawit caplak yang kecil bisa,” ucap Rudy.

Pedagang pengecer, Herianto (42), mengaku menjual rawit merah campuran seharga Rp 85.000 per kg. ”Saat ini jauh lebih menguntungkan berdagang rawit merah campuran,” katanya.

Pedagang cabai di Pasar Cengkareng, Jakarta Barat, Sumiyatun, mengatakan, rawit merah China dijual Rp 60.000 per kg, sedangkan rawit merah lokal dijual Rp 80.000 per kg.

Di Pasar Kramat Jati, rawit hijau dari Wonosobo, Jawa Tengah, dijual Rp 35.000 per kg, sementara rawit putih (rawit berwarna krem kekuningan) dijual Rp 37.000 per kg.

Masih tinggi

Di Depok, kemarin, harga rawit merah mencapai Rp 120.000 per kg. Berdasarkan pengamatan Kompas, bentuk rawit merah ini sama dengan rawit merah Thailand dan China. Saat ditanya mengenai kemungkinan ini, para pedagang menjawab tak tahu. Meski demikian, mereka memastikan bahwa rawit merah itu produksi tanaman lokal.

Harga cabai rawit merah di Depok pada tiga hari sebelumnya masih mencapai Rp 90.000 per kg. Para pedagang pengecer tidak tahu apa pemicunya sehingga harga cabai rawit merah kembali melambung.

”Saya terpaksa menjual dengan harga ini karena harga dari bandar Rp 110.000 per kg,” tutur Wiji (38), pedagang bumbu di Pasar Depok Jaya, Kota Depok, Jawa Barat, Senin.

Menurut Wiji, rawit merah yang dia jual itu kualitas super sehingga harganya tinggi. Hal itulah yang membuat Wiji tak berani menjual bahan pokok tersebut dalam jumlah besar. Dalam sehari dia hanya berani menjual 1 kilogram rawit merah.

Hanya berjarak kurang dari 1 kilometer, di Pasar Kemiri Muka, Depok, Senin sore, harga cabai rawit merah Rp 100.000 per kg. Pedagang Pasar Kemiri Muka, Anis (50), yang menjual 3 kg cabai rawit merah, mengaku, cabai yang dia jual dari kemarin belum juga habis.

Anis menjual rawit yang berbeda jenis dengan pedagang lain, tetapi harganya sama dengan harga cabai rawit merah. ”Saya tidak tahu ini cabai dari mana. Saya beli di sini (Pasar Kemiri Muka) dari bandar dan saya jual di sini juga,” kata Anis.

Harga rawit merah lokal di Pasar Cengkareng masih berkisar Rp 80.000 per kg. Adapun cabai merah keriting dijual Rp 50.000 per kg, turun dari semula Rp 58.000 per kg.

(NDY/NEL/ART/FRO/PIN/WIN)

Sabtu, 22 Januari 2011

COUNTRIES BY COMMODITY 2005 (FAO, 2009)

No Commodity Rank

1 Palm Oil 1

2 Cloves, Whole+Stems 1

3 Coconuts 1

4 Nutmeg, Mace, Cardamons 1

5 Avocados 2

6 Beans, Green 2

7 Fruit Tropical Fresh nes 2

8 Natural Rubber 2

9 Pepper,White/Long/Black 2

10 Vanilla 2

11 Cassava 3

12 Cocoa 3

13 Coffee, Green 3

14 Eggs, excluding Hen 3

15 Ginger 3

16 Nuts nes 3

17 Rice, Paddy 3

18 Roots and Tubers nes 3

19 Fruit Fresh nes 4

20 Sweet Potatoes 4

21 Cashew Nuts 5

22 Groundnuts in Shell 5

23 Papayas 5

24 Tobacco Leaves 5

25 Bananas 6

26 Chillies&Peppers, Green 6

27 Mangoes 6

28 Tea 6

29 Eggplants 7

30 Indigenous Chicken Meat 7

31 Indigenous Goat Meat 7

32 Beans, Dry 8

33 Green Corn (Maize) 8

34 Indigenous Buffalo Meat 8

35 Maize 8


"Prestasi komoditi indonesia di kancah dunia

ANALISIS KENAIKAN HARGA CABAI



Awal tahun 2011 indonesia mendapatkan hadiah tahun baru yang tidak enak di dengar untuk kalangan masyarakat yaitu “Naiknya Harga Cabai di Pasaran”, Ya keadaan yang sangat kurang menguntungkan bagi masyarakat pecinta makanan pedas, apalagi masyarakat Indonesia sangat-sangat membutuhkan yang namanya cabai yang merupakan bahan utama pembuatan sambal (contoh saja daerah di Indonesia banyak terkenal akan sambalnya: Padang dengan baladonya, Jawa barat dengan sambal terasinya dan masih banyak lagi). Mereka bilang “Makan kurang lengkap apabila tak pakai sambal”. Kebiasaan ini yang membuat kenaikan harga cabai dibilang sangat merugikan rakyat kita, bahkan kenaikannya sempat mencapai Rp 100.000,00/kg di beberapa pasar di daerah Jakarta. Hal ini membuat pemerintah harus berpikir keras memikirkan agar nasib rakyat tak sengsara hanya karena cabai.
Menurut analisis saya kenakan harga cabai itu disebabkan oleh 2 kemungkinan , kemungkinan pertama adalah produktivitas cabai menurun disebabkan oleh banyak factor yang terjadi pada lingkungan. Dampak “La-Nina” yang tengah melanda belahan bumi bagian timur menyebabkan Indonesia kebagian jatah hujan yang sangat banyak di beberapa daerah, sehingga menimbulkan efek pada daerah daerah pertanian cabai. Cabai merupakan tanaman yang sensitive pada iklim saat ini beberapa penyakit dan virus akan lebih mudah menjangkit cabai ini sehingga tanaman tersebut gagal panen. Mari kita berteori ekonomi: karena produktivitas padi yang kali ini sedang menurun akibat dampak la-nina akan mempengaruhi stok yang ada di pasaran sedangkan permintaan/konsumsi masyarakat tetap dari tahun ke tahun terhadap cabai sehingga menimbulkan kelangkaan cabai, kelangkaan ini akan mempengaruhi harga yang ada di pasaran sehingga naiklah harga cabai seperti pada saat ini.
(Produktivitas /supply ↓ stok ↓ konsumsi/demand ~ → price↑)
Prakiraan ke-2 ini yang belum pernah di ungkap di media yaitu kita lihat dari segi konsumsi (kalau yang pertama dilihat dari sisi produksi), kondisi iklim saat ini yang sering turun hujan ikut mempengaruhi kebutuhan manusia akan asupan yang dapat mebuatnya hangat di musim hujan apalagi kalau bukan makanan pedas yang bahan utamanya adalah cabai. Sekali lagi mari kita berteori ekonomi kondisi seperti ini menyebabkan konsumsi meningkat dengan asumsi produktivitas cabai tetap (seperti kata pak Mentan RI “produktivitas cabai kita tetap tak mengalami penurunan”) maka akan menyebabkan stok cepat berkurang, lalu hasilnya akan menjadikan barang tersebut langka dipasaran secara otomatis harga pun akan naik.
(Demand ↑ produktivitas ~ stok ↓ → price ↑)
Dari kedua kemungkinan diatas sudah jelas bahwasanya tak haruslah kita selalu menyalahkan petani mengapa cabai harganya naik?? Mengapa bisa produktivitas menurun??. Semua permasalahan kita ini adalah permasalahan bersama seluruh rakyat negri ini. Alangkah bijaknya kita harus dapat menyelesaikan bersama, mulai dari diri kita sendiri, marilah kita menanam cabai secara mandiri agar kita tahu apakah menanam cabai itu mudah?? Mulai mengkonsumsi alternative lain selain cabai untuk mendapatkan rasa pedas seperti lada ataupun yang lainnya silahkan anda punya opsi tersendiri untuk itu.

Bogor 9:46 pm
-Muhamad Subhi Huzaifi-

Selasa, 18 Januari 2011

I'm proud to be a Farmer



Kawan tentu engkau tahu siapakah petani itu??

Ialah seorang yang mulia, bahkan lebih mulia dari presiden

Ialah seorang pejuang, yang tak kalah pengorbanannya dari para pahlawan

Ialah seorang penyayang, yang kasih sayang bagaikan kasih sayang seorang ibu

Tapi apakah engkau menyadari apa pandangan terhadap mereka??

Petani itu miskin..!! Petani itu kaum papa..!!! Petani ketinggalan zaman, petani gak model,petani kampungan…

Tapi apakah mereka tak menyadari apalah jadinya dunia ini tanpa petani??tanpa dunia pertanian??

Dunia ini sulit untuk tidak mempergunakan jasa pertanian…karena pertanianlah yang memberi kita makan pertanianlah sumber kehidupan bagi umat manusia pertanianlah yang memenuhi hajat manusia kebanyakan. Tanpanya selesailah sudahhhh…

Pertanian itu memuliakan tanaman agar hasilnya terbaiknya dapat dimanfaatkan..pengaruhnya sangat luas jutaan manusia memanfaatkannya tentulah ia pasti lebih mulia dari seorang presiden pun

Pertanian memperjuangkan hasil cocok tanamnya, terik matahari ia terjang hujan pun ia libas demi dapat menghasilkan yang terbaik dan hasilnya jutaan orang merasakannya tentulah pengorbanannya tak kalah dari para pahlawan

Pertanian itu merawat apa yang ditanamnya dengan penuh kasih sayang ia bersihkan dari gulma gulma pengganggu, ia sirami tiap pagi agar sang tanaman tak mengalami kehausan, ia beri pupuk agar tak kelaparan tanaman tersebut akan unsur hara tentulah perilaku seperti inilah yang tak kalah kaasih sayangnya walau ditandingi dengan kasih sayang sang ibu

Dari situlah hati ini tergerak untuk memperjuangkan pertanian, pertanian Indonesia yang dulu pernah berkibar membawa harum nama bangsa dengan swasembada pangannya.

MAJULAH TERUS PERTANIAN INDONESIA…!!

KAMI SIAP MENJADI GENERASI SELANJUTNYA UNTUK MEMPERJUANGKAN PERTANIAN

KARENA KAMI BANGGA ..KARENA KAMI PEDULI….KARENA KAMILAH THE NEXT AGENT OF INDONESIA’S AGRICULTURE

Agronomy and Horticulture



Agronomi Hortikultura merupakan cabang ilmu yang khusus mendalami segala macam bentuk dan tata cara dalam bercocok tanam baik tanaman pangan, perkebunan ataupun kehortikuturaan dan dikhususkan dalam pertanian dalam arti sempit (red: pertanian arti luas; pertanian, kehutanan, perikanan, peternakan). Agronomi Hortikultura bukanlah pertanian biasa akan tetapi, merupakan cara bagaimana pertanian dapat mewujudkan ketahanan pangan bagi suatu Negara secara khusus dan umumnya bagi Dunia. Oleh karena itu didalamnya tidak hanyalah mengurusi urusan pacul memacul tetapi bagaimana kita dapat menghasilkan suatu bibit atau benih unggul untuk menciptakan produksi maksimal (maximal production), lestari, dan berkepanjangan (sustainable agriculture) melalui rekayasa genetika dan tekhnologi yang ada sekarang.

About Me




Kamis, 13 Januari 2011

First Greeting From Me

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Ahlan Wa Sahlan Wa Marhaban Ayyuhal Hadiriiin
Welcome to My Site
Blog ini akan berisikan segalanya tentang Agronomi dan Hortikultura, baik yang berupa masukan akademik maupun non akademik .
Tak hanya itu blog ini akan diisi dengan perkembangan pertanian yang sedang hot!!

Marilah Kawan Kita berkarya!!!

Let's check this out....